Kamis, 19 April 2012

Kadar Abu


HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Kandungan mineral erat kaitannya dengan kandungan abu suatu bahan pangan. Mineral dalam suatu bahan merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan anorganik. Dalam menentukan jumlah mineral bentuk aslinya sangat sulit, oleh karena itu dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut yang disebut dengan pengabuan.
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organic. Dalam penentuan kadar abu ini dapat dilakukan dengan pengabuan secara kering atau cara langsung dan dapat pula secara basah atau cara tidak langsung. Pada praktikum kali ini kita menggunakan metode pengabuan secara kering. Penentuan kadar abu secara kering adalah dengan menngoksidasikan semua zat organik pada suhu 500-600oC dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut.
Pemilihan cawan atau wadah ini biasanya disesuaikan dengan bahan yang akan diabukan. Cawan tersebut dapat terbuat dari porselin, silika, quartz, nikel, atau platina. Pada praktikum ini cawan yang digunakan adalah cawan porselin karena tahan terhadap asam dan dapat digunakan pada suhu tinggi yaitu >12000C, tetapi cawan dengan bahan ini juga mempunyai kelemahan yaitu mudah pecah jika mengalami perubahan suhu yang tinggi. Penggunaan cawan porselin pada bahan yang bersifat asam disarankan pada bagian dalamnya dilapisi silika, sebab bila tidak dilapisi akan terjadi pengikisan oleh zat asam tersebut. Sedangkan wadah yang terbuat dari nikel tidak dianjurkan karena dapat bereaksi dengan bahan membentuk nikel-karbonil bila produk yang akan diabukan banyak mengandung karbon. Untuk wadah dari gelas vycor atau quartz dapat digunakan dan tahan terhadap asam dan beberapa bahan kimia umumnya kecuali basa, wadah ini juga dapat dipanaskan sampai 900˚C. Sedangkan bahan yang bersifat basa dapat menggunakan cawan/ krus platina.
 Panaskan cawan porselin pada suhu 6000C, lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit, desikator ditutup tidak rapat hal ini dilakukan agar ada udara lain yang masuk kedalam desikator sehingga mempercepat pendinginan, kemudian cawan ditimbang. Setelah itu sampel yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam cawan, lalu dimasukkan ke dalam tanur, biarkan sampai terbentuk abu yang berwarna putih.
Lama pengabuan untuk tiap bahan berbeda-beda. Untuk mengetahui proses pengabuan selesai dapat menghentikan pemanasan bila semua bahan telah terabukan, yaitu semua bahan berubah warna menjadi warna putih. Setelah selesai proses pengabuan, cawan porselin didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Setelah cawan menjadi dingin, sampel tersebut dapat ditimbang. Berikut hasil pengamatan yang diperoleh:
Kelp
Berat Cawan
Berat Sampel
Berat Akhir
Berat Endapan
% Kadar Abu
1
21,668
0,321
21,674
0,315
0,98
2
20,794
0,304
20,795
0,303
0,99
3
22,493
0,323
22,495
0,321
0,99
4
18,229
0,310
18,303
0,236
0,76

Dari data penimbangan tersebut kita dapat menghitung kadar abu sampel. Cara perhitungannya yaitu :
% Kadar abu = Berat endapan x 100
                Berat sampel
Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa masih ada dari sampel yang belum mencapai kadar abu yang sempurna, hal ini dikarenakan pada proses pengabuannya kurang lama sehingga waktu pada proses pengabuan sangat berpengaruh dalam menentukan kadar abu suatu bahan. Hasil yang didapatkan berbeda pada tiap sampel karena kandungan bahan anorganik atau mineral yang terdapat pada tiap sampel berbeda. Walaupun menggunakan sampel yang sama tetapi hasil pengamatan belum tentu sama karena waktu pemijaran dan suhu pemijaran yang berbeda menghasilkan hasil yang berbeda pula. Pada pengamatan kali ini hasil yang diperoleh belum sempurna karena waktu pengamatan yang singkat membuat kadar abu yang dihasilkan tidak sesuai dengan persentase yang seharusnya yang terdapat pada label nutrisi.

KESIMPULAN
·         Kadar abu adalah jumlah zat anorganik sisa pembakaran suatu bahan organik.
·         Kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan.
·         Prinsip penentuan kadar abu ini adalah dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu yang tinggi yaitu sekitar 600°C dengan menggunakan tanur lalu ditimbang.
·         Waktu dan suhu pemijaran sangat berpengaruh terhadap persentase kadar abu yang dihasilkan.


DAFTAR PUSTAKA
John M deMan. 1990. Kimia Makanan. Penerjemah Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
Slamet, Sudarmadji, Bambang Haryono dan Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Winarno, F.G.. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar